tanggal 16 November 2012 kemarin, bersamaan dengan liburan panjang peringatan tahun baru hijriah, saya sekeluarga jalan-jalan cari angin sampe ke magelang dan jogja. ada beberapa tempat yang kami kunjungi, candi borobudur, pantai kukup (niatnya banyak, tapi udah kesorean cuma dapet satu pantai), dan malioboro. kali ini saya mau menulis cerita kunjungan saya ke borobudur, salah satu dari situs warisan dunia UNESCO yang ada di Indonesia. tapi, tulisan ini bukan menceritakan tentang candinya melainkan museum kapal borobudurnya atau museum samudraraksa.

musem samudraraksa ini terletak di bagian utara dari bangunan utama candi, atau terletak di sebelah kiri jalan keluar dari candi.

lokasi museum samudraraksa (maps.google.co.id)

museum samudraraksa memiliki tiga ruang pamer utama, yaitu 1. kapal borobudur dalam konteks sejarah, 2. budaya maritim indonesia, dan yang paling luas adalah 3. ruang samudraraksa tempat replika kapal borobudur ditempatkan. di dalam museum ini kita bisa melihat sejarah bahari dari bangsa indonesia mulai dari masa prasejarah saat manusia menggambar kapal di dinding gua, hingga puncak pencapaian budaya maritim saat nenek moyang kita berlayar hingga ke madagaskar.

kapal samudraraksa di museum candi borobudur (wikipedia.org)

relief kapal di candi borobudur (wikipedia.org)

ide pembuatan kapal samudraraksa ini dicetuskan oleh Philip Beale, seorang warga negara inggris yang takjub melihat relief kapal di candi borobudur pada tahun 1982. kekaguman Beale timbul karena kapal yang digambarkan dalam relief itu telah ada pada abad kesembilan masehi dan kemungkinan adalah kapal yang sama dengan yang digunakan nenek moyang kita mengarungi samudra hindia hingga ke madagaskar. dua puluh satu tahun setelahnya, kapal samudraraksa yang dilihat Beale di candi borobudur berusaha diwujudkan dalam bentuk nyata. setelah mendapat sponsor untuk pembuatannya, kapal samudraraksa (artinya: pelindung lautan) ini dibuat secara tradisional di Pegerungan, Kepulauan Kangean oleh seorang pembuat kapal bernama As’ad Abdullah dengan supervisi Nick Burningham. satu filosofi pembuatan kapal tradisional yang saya kagumi adalah (kurang lebih) “kapal dibuat dengan panjang kayu yang tidak sama (tidak sempurna) agar kapal memiliki hasrat mengejar kesempurnaan dalam perjalanan di lautan.”

syukuran setelah lambung kapal selesai dikerjakan (borobudurshipexpedition.com)

tahap pengecekan keseimbangan kapal dan penyempurnaan (borobudurshipexpedition.com)

setelah kapal selesai dibuat, kapal diresmikan di Benoa, Bali pada Juli 2003 lalu dilepas untuk menapak tilasi perjalanan jalur kayu manis menuju ke barat. tujuan pertama dari ekspedisi ini adalah kepulauan seychelles di sebelah timur afrika dan tujuan akhir dari ekspedisi ini adalah Accra, Ghana melalui tanjung harapan di ujung selatan benua afrika. akhirnya, pada bulan februari 2004, kapal samudraraksa sampai di pelabuhan Accra, Ghana setelah melalui perjalanan 11.000 mil.

samudraraksa dalam pelayaran (borobudurshipexpedition.com)

ada hal unik yang saya lihat di museum samudraraksa, gayung yang digunakan bertuliskan “mesran”, entah gayung yang sama juga digunakan untuk mengambil solar bagi keperluan kapan atau tidak :p

setelah mengunjungi museum itu, saya sadar kalo sebenarnya nenek moyang kita memiliki teknologi yang tidak kalah (katau tidak disebut lebih hebat) dibandingkan peradaban-peradaban lain di masa itu. dan harusnya sekarang kita pun sebagai anak cucunya bisa bersaing dan menguasai teknologi seperti nenek moyang kita dulu.

oiya, dari berbagai foto di atas tidak ada yang saya potret sendiri selama saya berada di museum samudraraksa karena saat jalan-jalan itu kami sekeluarga lupa meminjam kamera digital. jadi, bukti saya sudah ke sana saya tunjukkan di foto berikut yang diambil pake kamera ponsel adik saya hehe

bersama replika gambar kapal di museum samudraraksa (dok. pribadi)